إِنَّ وَ أَخَوَاتُهَا - inna dan Saudara-Saudaranya
إِنَّ وَ أَخَوَاتُهَا
)inna dan Saudara-Saudaranya)
NURHIDAYAT
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2017
DAFTAR
ISI
DAFTAR ISI ..
................................................................................................ ii
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang
............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah
............................................................. 1
BAB
II PEMBAHASAN
............................................................................ 3-15
A. Pengertian
Ilmu inna wa akhwatuha…….................................. 3
B.
Saudara-Saudara Inna
....,,,,,,,,,,,,,……………,,,...................... 5
C.
Pembagian Ism Inna
.................................................................. 8
D. Pembagian Khabar Inna ....,,,,,,,,,,,,,,,.,,,,,,,..,,,,,,,,,,,,.................. 9
BAB III
PENUTUP
...................................................................................... 10
A. Kesimpulan
.............................................................................,.... 10
DAFTAR
PUSTAKA
.................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidak ada orang
yang mengingkari bahwa setiap muslim pasti ingin mengetahui dan mendalami
ajaran-ajaran agamanya yang begitu luas. Untuk mengetahui dan mendalami ajaran
agama Islam itu, kita harus mempelajarinya dari sumber yang asli, yaitu
al-qur’an dan al-hadits serta kitab-kitab agama lainnya yang menjelaskan kedua
sumber asli tersebut. Namun kita semua tahu bahwa al-qur’an dan al-hadits itu
menggunakan Bahasa Arab. Demikian pula kitab-kitab agama lainnya.
Oleh karena
itu, orang-orang yang akan mempelajari sumber-sumber asli ajaran agama Islam
harus memahami secara baik bahasa Arab yang meliputi berbagai aspek. Di antara
aspek bahasa Arab yang sangat penting dan menjadi faktor utama adalah Ilmu
Nahwu Sharaf (Tata Bahasa Arab) yang mempunyai nilai strategis dalam menggali
ajaran Islam.[1]
Kita tidak bisa pungkiri dalam kehidupan kita pasti
akan menjumpai bahasa Arab, terutama dalam hal ibadah. Seperti shalat, mengaji
dan lain sebagainya.
Karena begitu
pentingnya bahasa Arab sebagai bahasa al-Qur’an dan hadits, maka hal inilah
yang membuat penyusun memaparkan salah satu pembahasan dalam Ilmu Nahwu, yaitu
tentang إِنَّ وَ
أَخَوَاتُهَا
(inna dan saudara-saudaranya)
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka yang
menjadi rumusan masalah adalah:
1.
Apa pengertian Inna
wa Akhawatuha ?
2.
Berapa macam
saudara-saudara Inna ?
3.
Berapa macam
pembagian Ism Inna ?
4.
Berapa macam
pembagian Khabr Inna ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Inna wa Akhawatuha
* إِنَّ وَ
أَخَوَاتُهَا مِنَ الْحُرُوْفِ الَّتِى دَخَلَتْ عَلَى الْجُمْلَةِ الَّتِى تَتَكَوَّنُ
مِنَ الْمُبْتَدَإِ وَالْخَبْرِ. فَتَنْصِبُ الْمُبْتَدَأَ فَيَكُوْنُ إِسْمًا
لَهُ مَنْصُوْبًا وَتَرْفَعُ الْخَبْرَ فَيَكُوْنُ خَبْرًا لَهُ مَرْفُوْعًا.
* إِسْمُ إِنَّ وَأَخَوَاتُهَا : تَنْصِبُ اْلإسْمَ وَتَرْفَعُ
الْخَبْرَ
* Inna wa akhawatuha (saudara-saudaranya)
adalah huruf-huruf yang masuk ke dalam jumlah (kalimat) yang terdiri
dari mubtada’ dan khabar. Me-nashab mubtada’, maka
menjadi ism inna. Dan me-rafa’ khabar maka menjadi khabar inna.[2]
* Isim inna dan
saudara-saudaranya : Me-nashab ism dan me-rafa’ khabar.
Telah kita ketahui bahwa isim inna
dan saudara-saudaranya adalah huruf-huruf yang masuk ke dalam kalimat (mubtada’
dan khabar) yang kemudian menjadikan mubtada’-nya manshub sekaligus
sebagai Ism Inna, sedangkan khabar-nya marfu’ dan
sekaligus menjadi khabar Inna.
Inna wa akhawaatuha
sering juga disebut dengan huruf yang serupa dengan fi’il karena pada
akhir huruf tersebut mabni fathah seperti halnya fi’il madhi.[3]
↧ ↧ ↧ ↧ Contoh: الطَّالِبُ
نَشِيْطٌ -- الطَّالِبَةُ
نَشِيْطَةٌ
مُبْتَدَأ
خَبْر مُبْتَدَأ خَبْر
Sesungguhnya
siswa itu rajin
|
إِنَّ الطَّالِبَ نَشِيْطٌ
|
Sesungguhnya
dua siswa itu rajin
|
إِنَّ الطَّالِبَانِ نَشِيْطَانِ
|
Sesungguhnya
siswa-siswa itu rajin
|
إِنَّ الطُّلاَّبَ نَشِيْطُوْنَ
|
Sesungguhnya
siswi itu rajin
|
إِنَّ الطَّالِبَةَ نَشِيْطَةٌ
|
Sesungguhnya
dua siswi itu rajin
|
إِنَّ الطَّالِبَتَانِ نَشِيْطَتَانِ
|
Sesungguhnya
siswi-siswi itu rajin
|
إِنَّ الطَّالِبَاتِ نَشِيْطَاتٌ
|
Dari contoh-contoh di atas adalah mubtada’
dan khabar yang kemudian dimasuki oleh huruf inna, sehingga mubtada’-nya
menjadi manshub dan menjadi ism inna dan khabar-nya marfu’
dan menjadi khabar inna.[4]
Penjelasan:
إِنَّ الطَّالِبَ
نَشِيْطٌ
إِنَّ : حَرْفُ نَصْبٍ وَتَوْكِيْدٍ تَنْصِبُ اْلإِسْمَ وَتَرْفَعُ
الْخَبْرَ مَبْنِيٌّ عَلَى الْفَتْحَةِ لاَمَحَلَّ لَهَا مِنَ اْلإِعْرَابِ
الطَّالِبَ : إِسْمُ إِنَّ
مَنْصُوْبٌ وَعَلاَمَةُ نَصْبِهِ فَتْحَةٌ ظَاهِرَةٌ لأَنَّهُ إِسْمُ الْمُفْرَدِ
نَشِيْطٌ : خَبْرُ إِنَّ
مَرْفُوْعٌ وَعَلاَمَةُ رَفْعِهِ ضَمَّةٌ ظَاهِرَةٌ لأَنَّهُ إِسْمُ الْمُفْرَدِ
B. Saudara-Saudara Inna
Adapun saudara-saudara inna, beramal sama seperti inna
itu sendiri. Yaitu me-nashab mubtada’ yang kemudian menjadi isim-nya
dan me-rafa’ khabar yang menjadi khabar-nya.
Saudara-saudara inna ada lima, yaitu sebagai berikut:
إِنَّ – أَنَّ – كَأَنَّ – لَكِنَّ – لَيْتَ – لَعَلَّ
* إِنَّ
|
لِلتَّوْكِيدْ
|
*Sesungguhnya
(Penguat)
|
مثل: إِنَّ اللهَ عَلِيْمٌ
|
-
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
|
|
* أَنَّ
|
لِلتَّوْكِيدْ
|
*Sesungguhnya (Penguat)
|
مثل:رَأَيْتُ أَنَّ عَلِيًّا
مَاهِرٌ
|
- Saya
melihat sungguh Ali itu pintar
|
|
* كَأَنَّ
|
لِلتَّشْبِيْه
|
*Seakan-akan
/ Seolah-olah (Penyerupaan)
|
مثل:كَأَنَّ الْمُوَظَّفَ مُدِيْرٌ
|
- Pegawai itu
seolah-olah direktur
|
|
* لَكِنَّ
|
لِلإِسْتِدْرَاك
|
*Akan tetapi
(Perlawanan)
|
مثل:زَيْدٌ غَنِيٌّ لَكِنَّهُ
بَخِيْلٌ
|
- Zaid kaya,
tetapi dia kikir
|
|
* لَيْتَ
|
لِلتَّمَنِّيْ
|
*Seandainya
(Pengharapan-Mustahil terjadi)
|
مثل:لَيْتَ الشَّبَابَ يَعُوْدُ
|
- Seandainya
masa muda itu kembali
|
|
* لَعَلَّ
|
لِلتَّرَجِّيْ
|
*Semoga
(Pengharapan-Mungkin terjadi)
|
مثل:لَعَلَّ الْكِتَابَ مُفِيْدٌ
|
- Semoga buku
itu bermanfaat
|
1. Keadaan yang mengharuskan huruf hamzah di-kasrah
pada kata “ إِنَّ ” ada sepuluh, yaitu:
a.
Apabila terletak pada permulaan kalimat, baik secara
hakiki maupun secara hukum.
-
Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui
|
إِنَّ اللهَ
عَلِيْمٌ
|
مثل :
|
-
Ketahuilah! Sesungguhnya
manusia benar-benar melampaui batas.
|
كَلاَّ إِنَّ اْلإِنْسَانَ لَيَطْغَى
|
b.
Apabila
terletak setelah kata “ قَوْل
” ataupun pecahan darinya.
-
Berkata (Isa): Sesungguhnya
saya adalah hamba Allah.
|
قَالَ إِنِّيْ
عَبْدُ اللهِ
|
مثل :
|
c.
Apabila terletak sebagai jawaban dari huruf qasam
/ sumpah.
-
Demi Allah sesengguhnya engkau
benar
|
وَاللهِ إِنَّكَ
لَصَادِقٌ
|
مثل :
|
d.
Apabila terletak setelah Isim Maushul (Kata
Penyambung).
-
Telah datang yang sesungguhnya
dia adalah orang yang bersungguh-sungguh.
|
جَاءَ الَّذِيْ إِنَّهُ مُجْتَهِدٌ
|
مثل :
|
e.
Apabila
berkedudukan sebagai haal.
-
Telah datang kepadaku Ali dan sesungguhnya dia (dalam keadaan) berkendara
|
جَاءَنِيْ عَلِيٌّ وَإِنِّيْ رَاكِبٌ
|
مثل :
|
f.
Apabila
terletak setelah “ حَيْثُ ”
atau “ إِذْ ”
-
Duduklah dimana sesungguhnya
Khalil duduk
|
إِجْلِسْ حَيْثُ إِنَّ خَلِيْلاً جَالِسٌ
|
مثل :
|
-
Diamlah jika sesungguhnya
engkau pendiam
|
أُسْكُتْ إِذْ إِنَّكَ سَاكِتٌ
|
g.
Apabila terletak setelah khabar dari isim dzat atau
sifat padanya.
-
Salim itu sesungguhnya dia
mulia
|
سَلِيْمٌ إِنَّهُ
كَرِيْمٌ
|
مثل :
|
-
(telah) datang Khalil
sesungguhnya dia mulia
|
جَاءَ خَلِيْلٌ إِنَّهُ فَاضِلٌ
|
h.
Apabila
terletak setelah amil yang dihubungkan dengan huruf lam.
-
Saya tahu sesungguhnya Khalil itu baik
|
عَلِمْتُ إِنَّ خَلِيْلاً لَمُحْسِنٌ
|
مثل :
|
i.
Apabila inna
bersambung dengan dhamir.
يَزْعَمُوْنَ أَنِّيْ مُتَكَاسِلٌ : إِنَّهُمْ
لَكَاذِبُوْنَ
|
مثل :
|
-
Mereka
mengira bahwa saya pemalas : Sesungguhnya mereka bohong
|
j.
Apabila
terletak setelah “ حَتَّى
الإِبْتِدَائِيَّة
”
مَرِضَ سَلِيْمٌ حَتىَّ إِنَّهُ لاَ يَأْكُلُ
|
مثل :
|
|
-
Salim
sakit, sampai dia tidak bisa makan
|
2. Keadaan yang mengharuskan huruf hamzah di-fathah pada kata “ أَنَّ
” ada empat, yaitu:
a.
Apabila terletak pada kedudukan fa’il atau naaibul
fa’il atau maf’ul bih
-
Telah sampai pada saya
sesungguhnya engkau adalah musafir
|
بَلَغَنِىْ أَنَّكَ مُسَافِرٌ
|
مثل :
|
-
(telah) terdengar sesungguhnya musuh itu telah datang
|
سُمِعَ أَنَّ الْعَدُوَّ قَادِمٌ
|
|
-
Saya tahu sesungguhnya engkau pintar
|
عَرَفْتُ أَنَّكَ مَاهِرٌ
|
b.
Apabila terletak pada kedudukan mubtada’
-
Menurut saya sesungguhnya kamu mulia
|
عِنْدِيْ أَنَّكَ فَاضِلٌ
|
مثل :
|
c.
Apabila terletak pada kedudukan khabar isim
ma’na
-
Benar sesungguhnya ilmu itu bermanfaat
|
الْحَقُّ
أَنَّ الْعِلْمَ نَافِعٌ
|
مثل :
|
d.
Apabila terletak pada kedudukan mudhaf ilaih atau jar wa majrur
-
Saya menyukaimu meskipun kamu
zhalim
|
أُحِبُّكَ مَعَ أَنَّكَ ظَالِمٌ
|
مثل :
|
-
Yang demikian itu adalah
karena sesungguhnya mereka beriman.
|
ذلِكَ بِأَنَّهُمْ آمَنُوْا[5]
|
3. Keadaan yang membolehkan huruf hamzah di-kasrah atau di-fathah pada kata “ إِنَّ
” dan “ أَنَّ
” ada lima, yaitu:
a.
Apabila
terletak setelah “
إِذَا
الْفُجَائِيَّة
”
-
Maka sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
|
¼çm¯Rr'sù Öqàÿxî ÒOÏm§
|
مثل :
|
b.
Apabila
terletak setelah “ فَاءُ الْجَوَاب
”
-
Jika engkau
bersungguh-sungguh, maka sesungguhnya engkau berhasil
|
إِنْ
تَجْتَهِدْ فَإِنَّكَ تَنْجَحُ
|
مثل :
|
c.
Apabila
terletak pada kedudukan “ التَّعْلِيْل
” (sebab)
-
Tuntutlah ilmu sesungguhnya (ilmu) jalan kesuksesan
|
أُطْلُبْ
العِلْمَ أَنَّهُ سَبِيْلُ الْفَلاَحِ
|
مثل :
|
d.
Apabila
terletak setelah “ فعل قَسَمَ بدون اللام ”
-
Saya bersumpah sesungguhnya
rumah itu milik Salim
|
أُقْسِمُ
إِنَّ الدَّارَ مِلْكُ سَلِيْمٍ
|
مثل :
|
e.
Apabila
terletak setelah kata “
لاَجَرَمَ ”
-
Tidak ada keraguan (mesti)
sesungguhnya Allah mengetahui
|
لاَجَرَمَ
أَنَّ اللهَ يَعْلَمُ
|
مثل :
|
C. Pembagian Ism Inna
Adapun
pembagian isim inna, terdiri dari dua macam, yaitu:
1.
ظَاهِرٌ (Jelas)
- إِنَّ اللهَ عَلِيْمٌ
- كَأَنَّ الْمُوَظَّفَ مُدِيْرٌ
2.
ضَمِيْرٌ (Dhamir/Kata
ganti)
Sesungguhnya
kalian rajin
|
- إِنَّكُمْ نَشِيْطُوْنَ
|
Sesungguhnya
kamu pintar
|
- إِنَّكَ مَاهِرٌ
|
D. Pembagian Khabar Inna
Adapun pembagian ism inna,
terdiri dari dua macam, yaitu:
1.
ظَاهِرٌ (Jelas)
- إِنَّ اللهَ عَلِيْمٌ
- كَأَنَّ الْمُوَظَّفَ مُدِيْرٌ
2.
جُمْلَةٌ
إِسْمِيَّةٌ وَ فِعْلِيَّةٌ
a.
Jumlah Ismiyah : Kalimat yang
dimulai dengan isim.
Sesungguhnya
menteri itu mobilnya bagus
|
إِنَّ الْوَزِيْرَ سَيَّارَتُهُ جَمِيْلَةٌ
|
b.
Jumlah fi’liyyah : Kalimat yang
dimulai dengan fi’il.
Sesungguhnya
Muhammad itu membaca buku
|
إِنَّ مُحَمَّدًا يَقْرَأُ الْكِتَابَ
|
3.
شِبْهُ الْجُمْلَةِ (Menyerupai
kalimat)
a.
الجَارُ
وَالْمَجْرُوْرُ
Sesungguhnya
anak itu di dalam kelas
|
إِنَّ الْوَلَدَ فِي الْفَصْلِ
|
b.
الظَّرْفُ وَالْمَظْرُوْفُ / الإِضَافَة
Sesungguhnya
guru itu di depan sekolah
|
إِنَّ اْلأُسْتَاذَ أَمَامَ الْمَدْرَسَةِ
|
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun yang dapat kami
sebagai kesimpulan dalam makalah ini, adalah:
Inna dan saudara-saudaranya
adalah huruf-huruf yang masuk ke dalam jumlah (kalimat) yang terdiri
dari mubtada’ dan khabar. Me-nashab mubtada’, maka
menjadi isim inna. Dan me-rafa’
khabar maka menjadi khabr inna. Adapun saudara-saudara Inna ada
lima, yaitu anna
(penguat), ka anna (penyerupaan),
laakinna (perlawanan),
laita dan la’alla (pengharapan).
Pembagian Isim Inna ada dua, yaitu ism zhahir (jelas)
dan ism dhamir (kata ganti). Sedangkan pembagian khabr inna ada
tiga, yaitu ism zhahir (jelas), jumlah (kalimat) yang terdiri dari jumlah
ismiyah dan jumlah fi’liyah serta syibhul jumlah (menyerupai
kalimat) yang terdiri dari jar wa majrur dan zharf wa mazhruf/ idhafah.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen
Agama Al-Qur’an dan Terjemah.
Fahmi,
AH. Akrom, Ilmu Nahwu & Sharaf 3. Jakarta: Rajawali Pers. 1995.
Al-Hasyimy,
As-Sayyid Ahmad. Al-Qawaa’id Al-Asaasiyyah Lillughatil ‘Arabiyyah. Muassasah
Al-Mukhtar: Al-Qahirah. 1431H / 2010.
Nuri,
Mustafa. Al-‘Arabiyah Al-Muyassarah, Jakarta: Pustaka Arif. 1429 H/
2008.
Zakaria,
Aceng. Ilmu Nahwu Praktis Sistem Belajar 40 Jam. Garut: Ibn Azka Press. 2004.
[1] AH. Akrom
Fahmi, Ilmu Nahwu & Sharaf 3. (Rajawali Pers ; Jakarta, 1995 M), h.1
[2] H. Mustafa
Nuri. Al-‘Arabiyah Al-Muyassarah. (cet.I. Pustaka Arif; Jakarta,
2008).h.123
[3] As-Sayyid Ahmad
Al-Hasyimy. Al-Qawaa’id Al-Asaasiyyah Lillughatil ‘Arabiyyah. (muassasah
al-mukhtar: al-Qahirah, 1431H/2010M).h.144
[4] A. Zakaria. Ilmu
Nahwu Praktis Sistem Belajar 40 Jam. (cet.I.Ibn Azka Press; Garut 2004
M)h.110
[5] Al-Qur’an,
surah Al-Munafiqun (63:3)
Komentar
Posting Komentar